Cetacea Kecil Terus Diburu, Indikator Kesehatan Ekosistem Laut Terancam

Cetacea Kecil Terus Diburu, Indikator Kesehatan Ekosistem Laut Terancam

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Manusia bergantung pada hewan, tumbuhan, dan sumber daya alam lainnya untuk berbagai kebutuhan, seperti makanan, obat-obatan, dan banyak lagi. Namun, ketergantungan tersebut telah menjelma eksploitasi besar-besaran seiring meningkatnya permintaan.

Eksploitasi tersebut juga menyasar beberapa spesies yang termasuk ordo cetacea, seperti lumba-lumba, paus bergigi kecil, dan porpoise. Sebuah laporan dari Pro Wildlife dan Whale and Dolphin Conservation mengungkapkan sejauh mana perburuan cetacea kecil dan dampaknya terhadap keseimbangan ekosistem.

Cetacea Kecil & Ekosistem

Habitat cetacea kecil tersebar di berbagai perairan, mulai dari sungai besar air tawar hingga lautan terbuka. Dalam ekosistem laut, kelompok mamalia ini berperan sebagai perekayasa ekosistem karena kemampuannya dalam memodifikasi habitat untuk meningkatkan kekayaan spesies dan produktivitas habitat. Selain itu, keberadaan cetacea kecil juga merupakan indikator kesehatan ekosistem laut.

Sayangnya, perburuan cetacea kecil semakin meningkat. Laporan yang dikeluarkan oleh Pro Wildlife dan Whale and Dolphin Conservation mengungkap peningkatan perburuan cetacea kecil secara global, serta dampaknya terhadap ekosistem. Laporan tersebut merupakan pembaruan dari edisi pertama yang diterbitkan pada tahun 2018.

Perburuan Cetacea Kecil & Tangkapan Sampingan

Menurut laporan tersebut, Peru, Ghana, dan Nigeria merupakan tiga negara teratas tempat cetacea kecil diburu, dengan hasil tangkapan tahunan berkisar antara 10.000 hingga 15.000 ekor. Beberapa negara Asia juga masuk dalam daftar 20 negara dengan perburuan terbesar menurut laporan tersebut, termasuk Taiwan, Indonesia, Korea Selatan, Sri Lanka, India, Jepang, dan Malaysia.

Beberapa komunitas adat masih mempraktikkan perburuan paus sebagai bagian dari tradisi mereka. Namun, dalam banyak kasus lainnya, perburuan ilegal masih merajalela karena lemahnya regulasi.

Laporan tersebut mencatat bahwa daging cetacea kecil masih banyak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia, terutama di banyak negara Afrika Barat. Akibatnya, lumba-lumba bungkuk Atlantik, yang habitatnya terbatas di pesisir Afrika Barat, masuk dalam daftar spesies yang Sangat Terancam Punah (Critically Endangered) IUCN karena perburuan yang disengaja dan tangkapan sampingan.

Selain itu, cetacea kecil juga diburu untuk dijadikan umpan perikanan komersial. Banyak orang lebih suka menggunakan lemak dan daging lumba-lumba sebagai umpan hiu karena ketahanannya di air asin. Meningkatnya nilai hiu di pasar mengakibatkan semakin banyak hewan cetacea kecil yang diburu untuk memenuhi permintaan.

Perdagangan satwa liar juga merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perburuan dan penangkapan cetacea kecil secara sengaja. Selain itu, cetacea kecil juga ditangkap untuk persediaan ikan selama di laut.

Regulasi & Data yang Lebih Baik

Salah satu tantangan utama dalam menghentikan perburuan cetacea kecil adalah regulasi yang tidak memadai. Laporan tersebut mencatat bahwa di banyak negara di mana perburuan dianggap ilegal atau memiliki kuota tertentu, perburuan cetacea kecil masih dapat terjadi karena lemahnya penegakan hukum. Berkurangnya populasi mamalia ini secara terus menerus dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan mempengaruhi kesehatan laut secara keseluruhan.

Oleh karena itu, laporan tersebut menyerukan negara-negara di dunia untuk memperbaiki peraturan yang ada sejauh ini, serta mendorong organisasi terkait untuk meningkatkan upaya dalam melindungi mamalia ini.

Upaya yang diperlukan termasuk mengumpulkan data yang lebih baik mengenai kondisi terkini yang terbuka untuk publik, meningkatkan kesadaran komunitas nelayan dan masyarakat luas, menerapkan batasan yang jelas pada aktivitas yang berkaitan dengan mamalia, melakukan pemantauan yang tepat terhadap dinamika populasi, dan mengambil tindakan yang tegas untuk melarang perburuan cetacea kecil sebagai umpan memancing.

Baca laporan selengkapnya di sini.

Artikel ini bersumbe dari greennetwork.id. Baca artikel sumber.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *