Hasil Riset: Status Keberlanjutan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Barru

Hasil Riset: Status Keberlanjutan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Barru

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Budidaya rumput laut menyumbang sekitar 51% dari total produksi budidaya rumput laut global dan terus tumbuh setiap tahunnya (Duarte et al. 2022). Budidaya rumput laut menyediakan berbagai jasa ekosistem, termasuk sebagai sumber makanan dan bahan alami untuk berbagai industri (Duarte et al. 2022; Hasselstrom et al. 2018).

Rumput laut di Indonesia merupakan salah satu komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis dan peluang pasar tinggi baik skala nasional atau ekspor. Kementerian Kelautan dan Perikanan membuat program revitalisasi dimana komoditas rumput laut menjadi salah satu komoditas strategis yang dikembangkan untuk alternatif pemberdayaan masyarakat pesisir (KKP 2018).

Sekitar 60% perairan Indonesia merupakan bagian dari Coral Triangle Initial (CTI) yang memiliki potensi besar untuk pertumbuhan rumput laut, sehingga identifikasi potensi dan strategi dibutuhkan untuk evaluasi keberlanjutan usaha budidaya rumput laut yang terus meningkat (Kusman 2019). Kabupaten Barru merupakan salah satu kabupaten penghasil rumput laut terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan.

Sentra produksi budidaya rumput laut Kabupaten Barru berada di Kecamatan Tanete Rilau dan Kecamatan Barru. Kedua kecamatan tersebut merupakan daerah pesisir yang mayoritas penduduknya memiliki pekerjaan sebagai nelayan tangkap dan pembudidaya rumput laut (Supomo 2008).

Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa masalah yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa produksi rumput laut memperlihatkan trend produksi yang terus meningkat setiap tahunnya, khususnya di Sulawesi Selatan meningkat tajam sejak pertengahan 2020 (Langford et al. 2021).

Hal ini sejalan dengan penelitian Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditas rumput laut yang terus meningkat dimanfaatkan oleh pembudidaya untuk menambah kapasitas produksinya. Semakin tinggi intensitas kegiatan yang dilakukan, maka semakin banyak aspek/dimensi yang harus diperhatikan.

Hal ini berkaitan dengan berbagai kendala dan masalah yang dihadapi pembudidaya seperti keterbatasan bibit unggul karena hanya mengandalkan bibit dari panen sebelumnya, sementara bibit rumput laut dapat berkembang biak dengan baik jika memiliki tingkat pertumbuhan tinggi dan tahan penyakit (Yong et al. 2013).

Permasalahan lain adalah harga rumput laut yang berfluktuasi dan rendahnya harga jual rumput laut kering yang disebabkan keterbatasan pengetahuan pembudidaya tentang harga di industri dan tingkat konsumen (Valderrama et al. 2015; Arsyad et al. 2014).

Kendala yang dihadapi oleh pembudidaya dari berbagai dimensi membutuhkan pengelolaan yang terintegrasi agar kebijakan tepat sasaran dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menilai status keberlanjutan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru yang diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan arah kebijakan bagi pengembangan rumput laut yang berkelanjutan.

Status Keberlanjutan Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Barru (Gambar: Rusdi, Irwan dan Yani, 2023)

Status dan Parameter Keberlanjutan Budidaya Rumput Laut

Kabupaten Barru Rata-rata nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi, ekonomi, dan kelembagaan masih tergolong kurang (less sustainable), sedangkan sosial dan teknologi tergolong cukup (quite sustainable). Perbedaan ini menunjukkan bahwa perbaikan status keberlanjutan dapat dimulai dengan memperbaiki kondisi kelembagaan, ekonomi dan ekologi terlebih dahulu.

Perbaikan ini tentu akan memberikan perubahan bagi dimensi sosial dan teknologi yang sudah tergolong cukup berkelanjutan. Beberapa atribut yang menjadi prioritas yaitu dukungan dan komitmen pemerintah daerah, pemasaran rumput laut, dan ketersediaan dan mutu bibit rumput laut. Ketiga atribut ini merupakan atribut prioritas yang memiliki nilai sensitifitas tinggi sehingga mampu mempengaruhi atribut lainnya.

Berdasarkan parameter nilai stress, R-square, dan monte carlo dapat dikatakan bahwa hasil analisis cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap indikator, variasi pemberian skor karena perbedaan opini dan kesalahan dalam input data.

Hasil analisis selisih indeks keberlanjutan dan nilai monte carlo menunjukkan nilai yang relatif kecil sehingga dapat dikatakan penggunaan metode MDS dengan RAPSEAWEED dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu evaluasi untuk penilaian keberlanjutan dari pengelolaan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru.

Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Kabupaten Barru Hasil analisis leverage menunjukkan atribut prioritas pada masing-masing dimensi yang memiliki pengaruh terhadap skor keberlanjutan budidaya rumput laut. Hasil dari analisis ini kemudian dapat dikembangkan menjadi dasar untuk menyusun beberapa rekomendasi kebijakan pengembangan budidaya rumput laut, diantaranya:

Jaminan Ketersediaan dan Mutu Bibit Rumput Laut. Ketersediaan dan Mutu Bibit Rumput Laut sangat penting dalam kegiatan budidaya. Pembudidaya rumput laut di Kabupaten Barru memperoleh bibit dari hasil panen rumput lautnya yang disisihkan sebagian untuk dijadikan bibit kembali. Hal ini menjadi masalah dikarenakan kualitas dan kuantitas bibit akan terus menurun dan mudah terserang penyakit.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat adalah membuat lokasi kebun bibit rumput laut di lokasi yang sesuai untuk kegiatan budidaya. Lokasi yang sesuai dapat ditentukan dengan kajian analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut. Selain itu, penelitian terkait pembibitan juga perlu terus dilakukan agar dapat dikembangkan bibit yang berkualitas dan tidak mudah terserang penyakit.

Jaminan Ketersediaan Pasar dan Stabilitas Harga Rumput Laut. Ketersediaan pasar yang jelas dapat menjamin kegiatan budidaya rumput laut berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan ketersediaan pasar mempengaruhi stabilitas harga rumput laut. Upaya untuk menjamin ketersediaan pasar dan stabilitas harga rumput laut dapat dilakukan dengan membentuk lembaga yang terdiri dari pembudidaya, pengepul, dan pihak industri.

Salah satu bentuk tanggung jawab yang dapat dilakukan oleh pembudidaya agar industri tetap mampu menyediakan pasar dengan harga yang stabil adalah dengan menyediakan bahan baku rumput laut yang berkualitas dan mampu menghasilkan banyak karaginan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan budidaya sesuai prosedur standar dengan umur panen 45 hari.

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pembudidaya Rumput Laut. Masalah yang dihadapi terkait pengetahuan dan keterampilan pembudidaya rumput laut berdasarkan hasil analisis dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan pembudidaya sehingga berdampak pada skor keberlanjutan dimensi sosial.

Ilustrasi budidaya rumput laut. (Foto: Kireyonok Yuliya/Freepik)

Untuk mengatasi masalah ini dapat diatasi dengan peningkatan keterampilan dan wawasan terhadap kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Barru. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan dengan kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan terkait teknologi budidaya rumput laut.

Dukungan Politik dan Komitmen Pemerintah Daerah. Dukungan politik dan komitmen pemerintah daerah untuk mengembangkan kegiatan rumput laut di Kabupaten Barru sangat diperlukan untuk menciptakan sinergitas antara masyarakat dengan pemerintah daerah.

Pemerintah memiliki peran untuk menyediakan fasilitas dan menjamin usaha budidaya rumput laut agar masyarakat memiliki minat yang besar untuk mengembangkan daerahnya melalui sektor budidaya rumput laut. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan mengeluarkan aturan yang mengatur tentang kegiatan budidaya agar tidak terjadi konflik yang dapat merusak sumberdaya perairan.

Ketersediaan Sarana Pengeringan dan Pergudangan Rumput Laut yang sesuai Standar. Sarana pengeringan dan penyimpanan (pergudangan) rumput laut sudah dikelola oleh pembudidaya. Akan tetapi, sarana pengeringan dan pergudangan yang ada belum sesuai SOP dan hanya dimiliki oleh beberapa pelaku usaha.

Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan kegiatan pengeringan rumput laut dilakukan secara konvensional dengan melakukan penjemuran di atas terpal atau karung dan diletakkan di pinggir jalan atau di halaman rumah. Kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas rumput laut yang nantinya akan berdampak pada harga rumput laut.

Disamping itu, setelah kegiatan pengeringan, penyimpanan juga dilakukan tidak sesuai standar operasional yang ada. Minimnya fasilitas ini juga akan mempengaruhi kualitas rumput laut sebagai bahan baku yang nantinya juga akan mempengaruhi harga di pasaran. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi kebutuhan sarana pengeringan dan pergudangan untuk menunjang kegiatan pasca panen pengolahan rumput laut.

Setelah identfikasi kebutuhan sarana dilakukan, kemudian dapat diberikan bantuan yang sesuai standar nasional yang ditetapkan pada sentra produksi rumput laut. Upaya ini diharapkan akan menjamin pengembangan industri rumput laut di Kabupaten Barru.

Artikel dipublikasikan oleh Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis. baca artikel sumber.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *