Momen Hari Bumi, Jaring Nusa gelar Diskusi Anak Muda

Momen Hari Bumi, Jaring Nusa gelar Diskusi Anak Muda

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Jaring Nusa menggelar diskusi pada peringatan Hari Bumi pada Jumat (22/04/2022). Diskusi tersebut mengangkat anak muda untuk berbicara mengenai kondisi lingkungan sekarang ini. Tema yang diusung yakni Selamatkan Pesisir Laut, Selamatkan Bumi Kita. Kegiatan ini diselenggarakan secara luring, di Makassar dan juga dapat diakses melalui zoom meeting.

Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada agustus lalu merilis mengenai kondisi krisis iklim global. Temuannya memberi sinyal merah terhadap kondisi iklim sekarang ini. Dalam dua dekade mendatang, kenaikan suhu bumi akan mencapai 1,5 derajat Celcius.

Padahal laporan IPCC tahun 2014 kenaikan suhu tersebut akan terjadi tahun 2100. Lebih buruknya, laporan juga mengungkap bila suhu bumi akan naik 3,5 hingga 5,7 derajat Celcius. Melihat hal tersebut, anak muda memiliki peran penting dalam menyuarakan dan melakukan tindakan nyata melihat data-data buruk mengenai kondisi lingkungan hari ini.

Krisis Iklim Semakin Nyata

Nurul Habaib, narasumber pertama menjelaskan jika saat ini kondisi iklim global telah memasuki fase yang membahayakan. Menurutnya bencana yang terjadi belakangan ini berkaitan dengan dampak krisis iklim.

“Komitmen ambisius negara-negara dalam COP-26 tidak cukup untuk menjaga kenaikan temperatur global hingga 1,5 derajat celcius,” ungkapnya.

Ia membeberkan beberapa dampak akibat krisis iklim. Pemanasan global menyebabkan krisis iklim yang kemudian memicu perubahan temperatur cuaca. Temperatur cuaca yang lebih panas akan mendorong evaporasi air. Evaporasi tersebut akan mendorong pembentuk awan hingga terjadi hujan deras.

“Tidak bisa kita pungkiri bahwa bencana banjir yang terjadi termasuk bentuk nyata akibat krisis iklim yang semakin parah,” jelasnya.

Selain itu, Nurul Habaib juga menyerukan agar anak muda dapat berperan dalam merespon isu perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Ia memaparkan bahwa perlunya penguatan kampanye tentang kesadaran iklim dan membangun kolaborasi dari berbagai individu hingga komunitas.

“Argumen bahwa anak muda tidak memahami krisis iklim itu sudah tidak relevan lagi. Isu krisis iklim menjadi fokus utama anak muda dari berbagai survei yang ada,” terangnya.

“Green Youth Movement sebagai salah satu komunitas anak muda terus menyuarakan isu-isu perbaikan lingkungan khusus di Sulawesi Selatan melalui berbagai kegiatan-kegiatannya,” tambahnya.

Sulawesi Selatan Terancam

Slamet Riadi, selaku kepada Departemen Advokasi dan Kajian WALHI Sulsel memaparkan kondisi pesisir, laut dan pulau-pulau di Sulawesi Selatan telah mengalami degradasi baik dari segi lingkungan hingga kondisi masyarakatnya.

Ia juga menambahkan jika terdapat pola yang merubah bentang alam dan bentang budaya pesisir laut sekarang ini. Diantaranya yakni pola kebijakan seperti legalisasi, zonasi dan eksploitasi. Selanjutnya kehidupan bahari seperti komunitas nelayan, teknologi dan ruang. Ketiga adalah degradasi seperti sedimentasi, kerusakan terumbu karang dan perampasan wilayah kelola. Terakhir adalah dampaknya seperti ekosistem rusak, pemiskinan, konflik sosial dan kehilangan identitas.

“Persoalannya karena adanya inkonsistensi kebijakan tata ruang. Alih fungsi lahan dan penegakan hukumnya yang lemah menjadi masalah yang dihadapi sekarang ini,” terangnya.

Sementara itu Nirwan Dessibali selaku direktur Yayasan Konservasi Laut Indonesia menjelaskan beberapa fakta kondisi pesisir laut dan pulau-pulau kecil di Sulawesi Selatan yakni bahwa 75% wilayah Sulawesi Selatan adalah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kemudian terdapat 332 pulau-pulau kecil di Sulawesi Selatan.

“Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di Indonesia yang mencapai angka 54 kg per kapita per tahun. Sulawesi Selatan juga sebagai produsen ikan dengan total 3,9 juta ton pada tahun 2016,” jelasnya.

Menurutnya pesisir dan pulau-pulau kecil di Sulawesi Selatan merasakan dampak nyata gangguan iklim antara lain kenaikan muka air laut, pemutihan karang, anomali iklim/cuaca dan abrasi pantai. Penghidupan dan ruang hidup masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil akan semakin terganggu dan terancam oleh krisis iklim.

“Hari ini ancaman krisis iklim bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil semakin nyata. Naiknya permukaan air laut, musim penangkapan ikan berubah, ancaman puulau kecil tenggelam, hilangnya sumber ekonomi hingga abrasi,” terangnya.

Sikap dan Deklarasi Iklim Jaring Nusa

Diakhir kegiatan YKL Indonesia yang juga bagian dari Jaring Nusa turut memberikan sikap dan deklarasi terhadap kondisi pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

  1. Perlu memastikan dan mendorong keterlibatan aktif masyarakat pesisir dan pulau kecil di KTI dalam semua perencanaan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan pulau kecil agar hak, akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya pesisir dan pulau kecil tetap terjamin.
  2. Fakta-fakta kerentanan pesisir dan pulau kecil di KTI terhadap perubahan iklim, pembangunan dan pemanfaatan SDA membutuhkan penguatan bagi komunitas agar lebih tangguh (resilient) untuk memitigasi dan mengadaptasinya.
  3. Cara lokal dan tradisional yang selama ini dijalankan masyarakat pesisir dan pulau kecil dalam mengadaptasi perubahan lingkungan, sosial dan ekonomi penting untuk diinventarisir dan diperkuat kembali untuk meningkatkan ketahanan atau resiliensinya serta agar dapat menjadi bahan belajar masyarakat lainnya.
  4. Kebijakan dan strategi nasional yang menjamin keberlanjutan dan memperkuat resiliensi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap perubahan iklim, dampak pembangunan dan pemanfaatan SDA perlu segera didorong dan diperkuat.
  5. Komunitas, organisasi rakyat, organisasi masyarakat sipil perlu untuk saling belajar, saling memperkuat dan berbuat bersama agar tercipta ketahanan dan resiliensi terhadap perubahan-perubahan yang terus mengancam pesisir dan pulau kecil kita.
  6. Jejaring untuk saling menguatkan ketahanan masyarakat pesisir dan pulau kecil sangat penting dibangun dan diperkuat.

 

 

Penulis: Muhammad Riszky

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *