Perubahan iklim telah sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir. Tanpa upaya mitigasi yang memadai, perubahan iklim akan menimbulkan dampak yang mengerikan bagi Bumi dan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya.
Berbagai bentuk aksi iklim telah banyak dilakukan, namun pemanasan global—yang menjadi penyebab utama perubahan iklim—masih terus berlanjut. Tahun 2023 bahkan tercatat sebagai tahun terpanas sejak 1850. Karena itu, memperkuat komitmen dan tindakan untuk membatasi kenaikan suhu Bumi menjadi sebuah urgensi.
Tahun 2023 Tahun Terpanas
Perubahan iklim menimbulkan berbagai ancaman dan banyak kerugian, termasuk meningkatkan frekuensi bencana alam, mengubah ekosistem dan habitat satwa liar, dan menyebabkan naiknya permukaan air laut. Cuaca ekstrem, misalnya, diperkirakan telah menyebabkan kerugian sekitar USD 143 miliar dari tahun 2000 hingga 2019.
Melalui Perjanjian Paris, para pemimpin dunia berjanji untuk menekan kenaikan suhu global tetap di bawah 2°C, dengan batasan kenaikan maksimum sebesar 1,5°C di atas tingkat era pra-industri pada akhir abad ini. Jika suhu Bumi melampaui 1,5°C, dampak yang lebih parah akan terjadi.
Yang mengkhawatirkan, data terkini menunjukkan bahwa tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sejak tahun 1850. Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa menyatakan bahwa tahun 2023 lebih hangat 1,48°C dibandingkan tahun 1850-1900, yang merupakan patokan suhu tingkat era pra-industri.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa dua hari pada tahun 2023 melebihi ambang batas 2°C, dan hampir 50% hari pada tahun 2023 melebihi ambang batas 1,5°C. Jumlah tersebut jauh melampaui tahun 2016 yang merupakan rekor tahun terpanas sebelumnya, dengan sekitar 20% hari melebihi ambang batas 1,5°C.
Komitmen Iklim
Setiap negara yang menandatangani Perjanjian Paris harus menetapkan Target Kontribusi Nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) yang memuat peta jalan pengurangan emisi karbon sebagai bagian dari mitigasi iklim.
Pada COP26 di Glasgow, negara-negara peserta sepakat untuk meninjau kembali dan memperkuat NDC masing-masing. Namun, Climate Action Tracker Global Update pada Desember 2023 menyebutkan bahwa hanya 38 negara yang telah menyampaikan target terbaru mereka, sedangkan 156 negara lainnya belum. Dengan target NDC yang ada saat ini, kenaikan suhu global diperkirakan akan mencapai 2,5°C pada akhir abad ini, jauh di atas 2,0°C.
Salah satu aspek yang paling penting untuk diatasi adalah industri bahan bakar fosil. Meskipun mulai ada peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan secara global, banyak negara yang masih bergantung pada industri karbon ekstensif untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Indonesia, sebagai contoh, emisinya meningkat sebesar 21% akibat penggunaan batu bara. Untuk membatasi suhu Bumi tidak lebih dari 1.5°C atau tetap di bawah 2°C, diperlukan komitmen yang kuat dari semua negara untuk tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil.
Membatasi Kenaikan Suhu Bumi
Negara-negara di dunia harus memperkuat komitmen dan meningkatkan tindakan untuk membatasi kenaikan suhu Bumi, termasuk bersungguh-sungguh dalam menghentikan penggunaan batu bara.
Memperluas integrasi energi terbarukan, memanfaatkan mekanisme pendanaan internasional, dan menghentikan industri yang banyak menghasilkan karbon melalui peraturan, sangat penting untuk mendukung mitigasi iklim secara global.
Tulisan ini bersumber dari Green Network Asia. Baca artikel sumber.