Sebuah studi terbaru dari peneliti Indonesia dan mitra internasional menyoroti potensi besar restorasi lamun sebagai “nature-based solution” (NbS) untuk menghadapi perubahan iklim dan kerusakan ekosistem pesisir di Indonesia. Dalam publikasi yang diterbitkan di jurnal Ambio, para penulis menjelaskan bahwa lamun tidak hanya penting secara ekologis, tetapi juga strategis untuk mitigasi iklim dan pemberdayaan masyarakat pesisir.
Penelitian berjudul “Potential of seagrass habitat restorations as nature-based solutions: Practical and scientific implications in Indonesia” disusun oleh Husen Rifai, Jay Mar D. Quevedo, Kevin Muhamad Lukman, dan tim lainnya. Mereka mengevaluasi bagaimana restorasi padang lamun di Indonesia dapat memenuhi kriteria global NbS menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Peran Strategis Lamun
Lamun, yang merupakan tumbuhan berbunga bawah laut, memiliki fungsi ekosistem yang sangat luas: menyimpan karbon biru (blue carbon), memperbaiki kualitas air, menstabilkan sedimen, dan menjadi habitat bagi berbagai organisme laut. Namun, ekosistem ini menghadapi tekanan besar, terutama dari pembangunan pesisir, aktivitas perikanan, dan polusi.
Para peneliti menunjukkan bahwa meskipun restorasi ekosistem seperti mangrove sudah banyak diupayakan, restorasi lamun belum mendapat perhatian yang sebanding, padahal perannya dalam menyerap karbon dan menopang ribuan spesies laut sangat besar.
“Mengembalikan lamun bukan hanya soal menanam bibit, tetapi tentang membangun kemitraan dengan masyarakat pesisir agar mereka menjadi bagian dari pemulihan ekosistem,” tulis peneliti dalam jurnalnya.

Dalam studinya, Rifai dkk. menggunakan kerangka kriteria IUCN untuk NbS dan menunjukkan bahwa restorasi lamun di Indonesia dapat memenuhi lima kriteria utama:
-
Mengatasi tantangan sosial-ekologis — Restorasi lamun bisa membantu mitigasi perubahan iklim sekaligus mendukung mata pencaharian komunitas pesisir.
-
Skala lebar — Meski restorasi biasanya dilakukan dalam skala kecil, para penulis menyarankan agar upaya restorasi dirancang dengan cakupan yang lebih besar dan terintegrasi dengan sektor lain.
-
Pemulihan keanekaragaman hayati — Dengan menanam kembali lamun, konektivitas ekosistem laut dapat diperkuat, memperbaiki kondisi keanekaragaman spesies laut.
-
Nilai ekonomi — Restorasi lamun dinilai ekonomis, terutama karena manfaat jangka panjang seperti penyimpanan karbon dan perlindungan pesisir.
-
Keterlibatan masyarakat lokal — Partisipasi nelayan dan komunitas pesisir sangat penting; mereka bisa menjadi penjaga restorasi jika dilibatkan sejak awal.

Tantangan Restorasi Mangrove
Walaupun potensi restorasi sangat besar, penelitian ini juga mengakui berbagai hambatan:
-
Banyak restaurasi lamun yang gagal karena kondisi habitat belum pulih sepenuhnya (misalnya kualitas air buruk, arus tinggi, sedimen tidak stabil).
-
Penanaman sering dilakukan tanpa kajian lokal yang kuat, sehingga metode transplantasi tidak selalu cocok untuk semua tempat di Indonesia.
-
Monitoring jangka panjang sering terabaikan — padahal keberhasilan restorasi baru bisa terlihat dalam jangka tahun.
-
Kurangnya dukungan kebijakan nasional atau insentif, termasuk skema keuangan untuk restorasi, membuat upaya restorasi sulit dipertahankan.
“Restorasi lamun seharusnya dianggap sebagai investasi jangka panjang untuk ekosistem pesisir dan masyarakat, bukan sebagai kegiatan satu kali,” ujar peneliti.
Peluang Besar untuk Masa Depan
Meskipun demikian, para ilmuwan sangat optimis bahwa restorasi lamun bisa menjadi bagian dari strategi iklim dan konservasi nasional. Mereka berargumen bahwa dengan peningkatan kesadaran, perbaikan desain restorasi, dan partisipasi komunitas, restorasi lamun bisa menjadi proyek berkelanjutan dan berdampak besar.

Di sisi kebijakan, para penulis mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan untuk:
-
Mengintegrasikan restorasi lamun ke dalam program mitigasi dan adaptasi iklim (misalnya melalui skema karbon biru)
-
Mengalokasikan dana untuk monitoring jangka panjang restorasi, bukan hanya menanam dan selesai proyek
-
Menyusun regulasi dan pedoman restorasi lamun berbasis bukti ilmiah dan kondisi lokal
-
Memberdayakan komunitas pesisir sebagai aktor kunci dalam restorasi dan perawatan padang lamun
Para peneliti juga menyoroti bahwa partisipasi komunitas bersifat strategis: biaya tenaga kerja dapat ditekan jika masyarakat lokal dilibatkan sebagai pemantau dan pekerja restorasi.
Para peneliti menyerukan agar upaya restorasi diinformasikan oleh sains, dipandu oleh regulasi kuat, dan didorong oleh pemberdayaan masyarakat pesisir. Karena hanya dengan kolaborasi semacam itu, lamun yang pulih bisa menjadi benteng alami masa depan bagi pesisir Indonesia.
“Melibatkan nelayan lokal tidak hanya meningkatkan keberhasilan restorasi, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap ekosistem,” pungkas peneliti.
Foto utama: Lamun tumbuh subur di kawasan pantai Pulau Arborek, Distrik Meosmansar, Raja Ampat, Papua Barat, Sabtu (29/5/2021). (Foto: Ferganata Indra Riatmoko/KOMPAS)