Agama dan Adat dalam Tradisi Tammung Taung, Pulau Pajenekang

Agama dan Adat dalam Tradisi Tammung Taung, Pulau Pajenekang

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Desa Mattiro Deceng merupakang desa yang wilayahnya terdiri atas dua pulau yaitu Pulau Badi dan Pulau Pajenekang. Mattiro Deceng memiliki arti pemandangan bagus/baik/indah. Nama ini menjadi pengharapan untuk masa depan yang lebih baik kedepannya. Perjalanan menuju Pulau Pajenekang dapat ditempuh selama 1 jam menggunakan kapal tradisional masyarat dari pusat Dermaga Maccini Baji Pangkep. Namun mayoritas masyarakatnya lebih lebih menempuh perjalanan dari pelabuhan paotere Makassar karena sebagian masyarakatnya merupakan penduduk yang bekerja di Makassar.

Pulau Pajenekang memiliki luas 29,50 ha dengan penduduk berjumlah 3000 an orang. Pajenekang berarti, tempat mengambil air, tempat membersihkan diri atau berwuduh. Penamaan ini bermula sejak Pulau ini ditemukan oleh Syekh Naiman, saat beliau menemukan Pulau Pajenekang beliau juga menemukan sumber air. Sumber air ini lah yang dinamakan pajenekang. Sumber air ini masih dapat dilihat hingga saat ini.

Pulau Pajenekang memiliki tradisi tersendiri dalam memperingati tahun baru Islam dan Peringatan hari jadi pulau mereka. masyarakat pulau pajenekang menyebutnya tammung taung. Tammung taung diadakan Muharram Tahun Hijriah. Tradisi tammuang taung diadakan pada jumat pertama, kedua, dan ketiga. Pada saat itu masyarakat akan menghidangkan  beragam kue manis tradisional. Tammung taung dalam bahasa Makassar berarti satu tahun penuh.

Pulau Pajenekang (Dokumentasi FDC UNHAS)

Tradisi ini sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka jauh diawal abad ke 20, untuk merayakan kebebasan dari  tokoh di Pulau Pajenekang yaitu Bantang Harun Rasid dan Syekh Naiman Petta Rabbu yang ditahan pemerintah kolonial. Pemimpin mereka ditangkap oleh pemerintah hindia belanda dikarenakan mengibarkan bendera merah putih pada 1907. Masyarakat pun bersedih akan hal itu, mereka pun bernazar dan berdoa kepada Allah SWT. Jika pemimpin mereka kembali, masyarakat akan mengadakan syukuran sekaligus berziarah ke makan leluhur dan orang yang dihormati disana bernama Datuk Sulaiman. Syukuran ini diwujudkan dengan membuat makanan kemudian dimakan bersama.

Kue yang wajib ada dalam tradisi ini adalah dodoro atau dodol dari ketan dan jepe’ sura atau bubur manis. Adapun makanan manis ini disimbolkan sebagai permohonan agar warga pajjenekang mendapat kehidupan yang manis, kemudahan dalam hidup, dan terhindar dari marabahaya dan musibah. Tradisi ini diselenggarakan selama satu bulan dalam bulan Muharram. Diawali pada hari Jumat pertama, acara akan dipusatkan di rumah adat. Makanan yang dihidangkan adalah makanan merupakan olahan kelapa muda dan gula aren. Pada Jumat kedua, kegiatan masih dipusatkan di rumah adat dengan hidangan yang dikhususkan adalah bubur manis. Masyarakat mengadakannya sekaligus memperingati perayaan jepe sura.

Tahapan terakhir Tammung Taung yaitu di hari Jumat ketiga. Makanan yang dibuat adalah dodorok atau dodol. Pada puncak acara ini, akan diakan prosesi Angngaru. Angngaru adalah sumpah atau penyataan setia kepada pemimpin. Angngaru ini diadakan di depan makam pemimpin mereka Acara diadakan di lapangan dan disaksikan seluruh warga yang berkumpul.Sehari sebelum perayaan di hari Jumat ketiga, masyarakat akan mengibarkan bendera merah putih di lapangan yang berada di tengah pulau. Perayaan ini bertujuan untuk mengenang jasa jasa dari pemimpin mereka yang teguh mempertahankan kecintannya pada cita cita kemerdekaan Indonesia dan perlawanannya kepada penjajah. Setelah mengibarkan bendera, atraksi seni tradisional akan dihelat pada hingga sore dan masyarakat akan bersolawat bersama di malam hari.

Pembuatan Dodol (Dokumentasi Pribadi)

Tradisi ini masih terjaga dan menjadi wadah dalam memupuk kekeluargaan antar sesama masyarakat dan menjadi ajang silaturahmi antar sesama warga di Pulau Pajenekang. Tammung taung juga menjadi dikatakan sebagai waktu mudiknya warga Pulau Pajenekang yang berada di luar pulau ini. Menurut masyarakat Pulau Pajenekang, keluarga mereka menjadikan tammung taung sebagai momentum untuk pulang bertemu dengan keluarga. Masyarakat Pulau Pajenekang sangat menghormati tamu yang datang. Tammung Taung juga menjadi ajang masyarakat berkreasi dan mempersembahkan kue-kue mereka yang nantinya akan dibagikan dan siapa pun yang datang baik tamu maupun warga pulau bisa membawanya pulang.

Selain tradisi budaya yang dimiliki, wisata bawah laut perairan pajjenekang juga tidak kalah menarik untuk ditelusuri. Terumbu karang di perairan bawah laut pajjenekang kondisinya masih baik dan memiliki kandungan ikan yang melimpah. Perairan di pulau tersebut merupakan daerah perlindungan laut oleh program COREMAP. Anda bisa menikmati snorkeling, diving, apalagi anda yang hobi memancing bisa melakukannya.

Permasalahan lingkungan di Pulau Pajenekang adalah masalah kebersihan. Belum adanya fasilitas pengelolaan sampah menjadikan masih adanya sampah yang terbuang ke laut. selain itu masih ada masyarakat membangun MCK di dekat bibir pantai, meskipun pemerintah setempat sudah menyediakan wc umum. hal ini berpotensi menganggu kelestarian lingkungan.

Potensi Pulau Pajenekang dapat dikembangkan menjadi wisata religi dan diberdayakan dalam kalender kegiatan tahun prioritas baik di kabupaten dan provinsi, tentunya dengan dukungan perencanaan dan kesiapan masyarakat jika hendak diarahkan ke haluan wisata, bagaimana memberdayakan potensi budaya masyarakat tanpa menggeser pekerjaan utama mereka dan tidak merugikan mereka. Paling utama adalah bagaimana penurunan kualitas lingkungan dapat diatasi agar kehidupan masyarakat dan budaya dapat tetap lestari.

 

Penulis: Wais Zulqarni Ahmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *