Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan yang berasal dari Kepulauan Banda. Sejak masa Romawi, buah dan biji pala menjadi komoditas perdagangan yang bernilai tinggi.
Hingga saat ini, masyarakat di Kepulauan Banda dan wilayah Maluku lainnya, seperti Pulau Ambon, masih menjadikan pala sebagai salah satu sumber penghidupan. Sebagian komoditas pala Maluku tersebut diekspor ke luar negeri.
Pada November 2023, untuk pertama kalinya pala dari Kepulauan Banda dan Pulau Ambon diekspor langsung ke Belanda oleh Koperasi Kamboti Rempah Maluku (KRM) bekerja sama dengan PT Kobumi dengan dukungan EcoNusa.
Sebanyak 8.978 kilogram pala yang terdiri dari 7.049 biji pala dan 1.928 bunga pala (fuli) bernilai ekspor sebesar EUR110.349,37 dimuat ke dalam kontainer 20ft dari Pelabuhan Yos Sudarso Ambon.
Rencananya kontainer tersebut akan dibawa oleh kapal Meratus Palembang. Di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, komoditas tersebut akan dikemas ulang ke kontainer ekspor dan dimuat ke kapal menuju Rotterdam.
Pelepasan ekspor perdana tersebut dihadiri oleh Plh Kepala Kantor Bea Cukai Ambon, M Yusuf Nasution, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Maluku Yahya Kotta, Plt Kakanwil Bea Cukai Maluku Djaka Kusmartata, Kepala Kantor EcoNusa Kepulauan Maluku Gadri Attamimi, dan Ketua Koperasi Kamboti Samson R Atapary.
“Dalam melakukan ekspor, sebenarnya Koperasi Kamboti Rempah Maluku bukan hanya mengekspor pala, tapi kami juga menjual nilai pariwisata. Kami perkenalkan kepada pembeli bahwa pala yang mereka beli itu berasal dari Banda, dari Seith Kecamatan Leihitu. Karena ada beberapa wisatawan yang datang ke Banda atau ke Maluku karena ingin melihat langsung tempat asal pala yang mereka konsumsi,” kata Sam Atapary saat memberikan sambutan, Rabu, 8 November 2023.
Sejak permulaan tahun ini, KRM, sebagai bagian integral dari PT Kobumi, telah berhasil menjalin kolaborasi yang signifikan untuk memperluas pangsa pasar lokal dalam distribusi pala hasil panen masyarakat.
PT. KOBUMI juga telah mengawali penjualan lokal hasil panen masyarakat dengan tujuan pengiriman ke Surabaya dan Jakarta dengan total 45,5 ton untuk pembeli mengirimkan ke pasar Cina dan Timur Tengah.
Yahya mengatakan ekspor dan investasi adalah dua hal kunci untuk kemajuan ekonomi. Ketika ekonomi bertumbuh, diharapkan bisa menekan ketimpangan, kesenjangan, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. “Ekspor harus lebih banyak kita lakukan terutama ekspor sumber daya alam yang potensial yang bisa memberikan nilai tambah tinggi dan melibatkan value change yang luas,” katanya.
Maluku, kata dia, mengekspor pala sebanyak 56 ton dengan nilai US$ 430 ribu pada 2021. Sedangkan pada 2022, nilai pala yang diekspor sebanyak US$130 ribu. Ada pun pada Juni dan Oktober 2023, pala dan cengkih yang diekspor sebanyak 30,85 ton dengan nilai US$110 juta.
Kepala Kantor EcoNusa Kepulauan Maluku, Gadri Attamimi, mengatakan ekspor pala merupakan salah satu bentuk komitmen Yayasan EcoNusa untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat.
“Ekspor ini juga wujud komitmen bersama dalam MoU dengan Pemerintah Provinsi Maluku di mana di dalamnya mendukung percepatan ekspor oleh pemerintah daerah,” ujar Gadri.
Selain Koperasi Kamboti Rempah Maluku, EcoNusa juga mendukung Koperasi Anugerah Alam Maluku yang berbasis di Banda Neira, Koperasi Kopera Ukar Lean di Seram Bagian Timur Maluku, Koperasi Rakyat Lestari Maluku di Seram Bagian Timur. Juga Koperasi Banda Naira Mandiri di Banda Neira, Koperasi Saloi Rempah Binaiya di Maluku Tengah dan Koperasi Tifa So Babunyi di Ternate.
*Rilis Econusa