Rangkaian Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) kembali digelar di Kampung Panaikang, Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros melalui kegiatan Fest Camp Iklim. Kegiatan berlangsung selama dua hari yakni Sabtu dan Minggu, 12 dan 13 Oktober 2024.
Yohannes, ketua panitia Fest Camp Iklim menjelaskan jika kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya yakni diskusi, aksi bersih dan penanaman mangrove di Desa Ampekale serta Brand Audit Sampah.
“Kegiatan Fest Camp Iklim sendiri dihadiri sebanyak kurang lebih 400 orang dari 80 organisasi dan komunitas di Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah kampanye lingkungan, panggung iklim, workshop eco enzyme, pemutaran film, talkshow, pameran komunitas, iklim art dan seni karya daur ulang. Selain itu terdapat pembagian dan penanaman 1.000 bibit pohon.
Ia juga menerangkan jika selain peserta dari berbagai organisasi dan komunitas, warga di Kelurahan Leang-Leang antusias. Hal ini ditunjukkan dengan aktifnya warga dalam membantu proses mulai dari persiapan hingga selesainya kegiatan.
“Kolaborasi yang dilakukan bersama warga menunjukkan kepedulian besar dari berbagai pihak bahwa krisis iklim itu nyata dan harus segera diatasi,” terang Yohannes yang juga merupakan founder dari Balla Tani.
“Jika masyarakat saja bergerak, seharusnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan turut berperan aktif dalam membuat aturan yang berpihak pada masyarakat dan keberlanjutan lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Ayi Sudrajat, Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Selatan menjelaskan kegiatan ini juga sebagai upaya untuk terus memberikan sosialisasi dan pengetahuan mengenai dampak krisis iklim yang terjadi.
“Apa yang bisa kita lakukan melalui kegiatan ini adalah dalam rangka mitigasi atau mencegah cepatnya iklim berubah,” terangnya.
Ia juga menghimbau agar kegiatan ini terus dilakukan dan berlanjut bukan hanya di satu titik saja, melainkan di berbagai daerah. Menurutnya, kolaborasi dari setiap pihak dibutuhkan dalam mencegah dampak lebih buruk dari krisis iklim.
“Kami dari BMKG sendiri tidak bisa bergerak sendiri, dibutuhkan dukungan dari masyarakat. Di kegiatan ini berbagai latar belakang organisasi dan komunitas mampu mengajak masyarakat lain untuk ikut menjaga lingkungan,” tuturnya.
Puncak kegiatan dari AMJI sendiri akan digelar pada Sabtu, 26 Oktober 2024. Berbagai kegiatan akan dilaksanakan. Aksi ini juga serentak di seluruh Indonesia.
Ade Saskia salah satu peserta mengapresiasi kegiatan Fest Camp Iklim. Ia menerangkan kegiatan AMJI 2024 kali ini memiliki banyak aktivitas untuk mengajak anak muda dalam berperan aktif menjaga bumi.
“AMJI 2024 di lingkungan Panaikang, Kabupaten Maros membawa warna baru tersendiri bagi saya yang mana juga sebelumnya AMJI 2021 di laksanakan di Lantebung, Kota Makassar. Bedanya pada tahun ini disertai dengan banyak aktivitas baru bagi peserta kegiatan,” ujarnya.
Ia juga mendorong untuk terus mengajak masyarakat seluas-luasnya agar terlibat aktif dalam menjaga lingkungan serta menghidupkan budaya kolaborasi antar lembaga dan komunitas.
“Namun mungkin kedepannya bisa lebih melibatkan masyarakat setempat di sekitar tempat kegiatan untuk sama-sama belajar menjaga lingkungan kita semua. Juga teman-teman komunitas dan lembaga lainnya utamanya di Sulawesi Selatan agar tetap membudayakan KolaborAksi utamanya pada setiap kegiatan positif,” tutup Ade, yang merupakan penggiat lingkungan di Ikatan Keluarga Lantebung.
Brand Audit Sampah
Koordinator kegiatan AMJI Makassar, Hajir menjelaskan jika Fest Camp Iklim merupakan rangkaian kegiatan dalam menyuarakan krisis ikim yang semakin parah. Sebelum Fest Camp Iklim diselenggarakan, WALHI Sulsel bersama Green Youth Movement telah melakukan brand audit hasil sampah yang telah dikumpulkan.
“Sampah yang terkumpul pada aksi bersih di kawasan Mangrove Binangasangkara 15 September lalu, telah kami hitung,” ujarnya.
Brand audit dilaksanakan 10 Oktober dan dihitung oleh 6 orang enumerator. Brand audit dilakukan untuk memetakan aktor dibalik sampah yang berada di Binanga Sangkara,” tambahnya.
Hasil brand audit tersebut berhasil mengumpulkan total 915 item sampah plastik dengan berat keseluruhan mencapai 8.028 gram. Sampah plastik yang ditemukan dari berbagai merek dagang dari beberapa perusahaan. Ia menjelaskan jika sampah sekali pakai paling banyak ditemukan.
“Kami menemukan banyak perusahaan besar yang berkontribusi terhadap sampah-sampah tersebut. Di ranking pertama ada Forisa Nusapersada sebanyak 190. Ada juga Wings Group, Indofood, Unilever, dan beberapa perusahaan lokal yang turut menyumbang sampah,” terangnya.
Ia menerangkan jika mayoritas sampah plastik di pesisir Ampekale terdiri dari kemasan produk makanan dan minuman, terutama plastik sekali pakai. Selain itu temuan dari brand audit, sekitar 344 item sampah yang ditemukan tidak memiliki merek yang jelas.
“Hal ini menunjukkan adanya tantangan dalam melacak sumber plastik tanpa identitas,” pungkas Hajir.