Search
Close this search box.
Search

Geliat Aksi Muda Menjaga Mangrove di Desa Ampekale

Geliat Aksi Muda Menjaga Mangrove di Desa Ampekale

Ratusan anak muda dari berbagai organisasi berkumpul di Desa Ampekale, Kabupaten Maros pada Minggu, 15 September 2024. Mulai dari siang hingga sore hari berbagai aktivitas dilakukan.

Mulai dari diskusi iklim, pengibaran bendera merah putih sepanjang 100 meter dan aksi bersih. Agenda utamanya adalah penanaman 2.000 bibit mangrove.

Desa Ampekale sendiri merupakan salah satu kawasan yang memiliki mangrove di Kabupaten Maros. Secara umum, data dari Rony, dkk dalam penelitiannya tahun 2016 menunjukkan luasan mangrove di Kabupaten Maros sebesar 457,75 hektar.

Penelitian tersebut juga mengungkap kerapatan mangrove yang ada di Kabupaten Maros. Untuk kerapan sedang seluas 311,36 hektar atau sekitar 68,02 persen. Tingkat kerapatan jarang sebesar 33,23 hektar atau 7,26 persen dan kerapatan lebar seluas 113,16 hektar atau 24,72 persen.

Yohannes, koordinator dalam aksi tersebut menjelaskan jika aksi ini merupakan bentuk kesadaran kolektif anak muda yang sadar akan dampak krisis iklim. Ia menyebut dalam kegiatan tersebut lebih dari 400 orang dengan 70 organisasi terlibat dalam kegiatan.

Dulunya, mangrove di Desa Ampekale sangat luas, namun alih fungsi lahan menjadi tambak membuat luasan mangrove semakin tergerus. Abrasi dan naiknya air laut terutama saat musim barat datang adalah dampak yang ditimbulkan alih fungsi lahan tersebut.

Hal itu mendorong warga untuk menambah luasan mangrove dengan cara terus melakukan penanaman dari tahun ke tahun. Selain warga di Desa Ampekale, berbagai organisasi dan masyarakat turun melakukan aksi penanaman mangrove.

Tanpa ragu ratusan anak muda turun ke daerah berlumpur hingga betis untuk menanam mangrove pada hari itu. Membentuk barisan panjang, bahu-membahu mengoper bibit mangrove dari jembatan kayu hingga titik penanaman.

Penanaman mangrove di Desa Ampekale, Kabupaten Maros pada Minggu, 15 September 2024. (Foto: Muhammad Riszky)

Ada yang sudah biasa terlibat dalam penanaman mangrove namun tidak sedikit juga kegiatan tersebut menjadi pertama yang menggugah. Beberapa anak muda bahkan mengalami lecet di kaki akibat tergores, namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Menebar harapan di setiap batang mangrove yang tertancap di lumpur.

Di ujung hari, ketika matahari perlahan tenggelam, tak lupa anak muda berhenti sejenak untuk mengabadikan momen sunset yang damai di laut Desa Ampekale. Sebuah pemandangan yang menggugah, kegembiraan menyatu dan menciptakan harmoni dari ratusan anak muda yang bersemangat.

Anak Muda dan Aksi Iklim

Sudah banyak data-data mengerikan yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga dalam mengungkap betapa parahnya dampak krisis iklim. Mulai dari kenaikan suhu yang mencapai 1,1°C yang diungkap oleh IPCC. Belum lagi intensitas bencana hidrometeorologi yang semakin meningkat hingga dampaknya pada lebih dari 90 persen populasi bumi yang berada di lingkungan tercemar.

Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik bekerjasama dengan Yayasan Indonesia CERAH pada tahun 2021 mengenai permasalahan krisis iklim menunjukkan responden cenderung setuju bahwa perubahan iklim menyebabkan kerugian yang serius. Survei yang melibatkan 4.020 responden dengan usia 17 hingga 35 tahun menyatakan sebanyak 53 persen merasa perubahan iklim sudah merugikan Indonesia saat ini.

Selain itu sebanyak 76 persen setuju dampaknya mengancam masa depan anak muda. Dampak dari krisis iklim yang dirasa secara global turut melahirkan inisiatif-inisiatif progresif dari anak muda untuk mengatasi dampak yang lebih buruk. Hasil survei dari pilapilih.id menyebut sebanyak 90 persen anak muda Indonesia khawatir terhadap lingkungan saat ini.

Kekhawatiran tersebut mendorong anak muda berpartisipasi dalam berbagai aksi-aksi iklim. Berbagai aksi iklim dilakukan di daerah mulai dari penanaman pohon, transplantasi terumbu karang, gaya hidup ramah lingkungan hingga aksi-aksi menolak pembangunan yang tidak berkelanjutan.

Geliat aksi muda dalam menjaga ekosistem mangrove di Desa Ampekale hanya sebagian kecil dari gelombang besar anak muda untuk memulihkan dan melindungi lingkungan. Sumbu-sumbu semangat anak muda terus menyala di berbagai daerah untuk terus terlibat dalam aksi iklim.

Penanaman mangrove di Desa Ampekale, Kabupaten Maros pada Minggu, 15 September 2024. (Foto: WALHI Sulsel)

Penulis: Muhammad Riszky, Sekretariat Jaring Nusa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *