Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmen yang kuat dalam pengembangan energi terbarukan. Hingga Semeter I (Januari – Juni) tahun 2024, penambahan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Energi Baru dan Terbarukan (EBT) telah mencapai 217,73 Mega Watt (MW) atau sekitar 66,6% dari target tahunan sebesar 326,91 MW.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan EBT.
“Makanya program-program untuk mendorong demand harus kita lakukan. Contohnya Electric Vehicle (EV) terus dikebut dan kemudian PLTS untuk industri dan perumahan harus bisa di dorong,” jelas Arifin pada acara temu media di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/8).
Berdasarkan rilis dari Kementerian ESDM, hingga bulan Juni 2024, realisasi investasi mencapai USD0,565 miliar USD atau sekitar 45,9% dari target tahunan sebesar USD1,232 miliar. Sektor panas bumi dan aneka EBT menjadi penyumbang terbesar dalam investasi ini.
Tercatat, Panas Bumi telah menyumbangkan ke kas negara sebesar USD0,218 miliar. Disusul kemudian dari Aneka EBT (USD0,335 miliar), Bioenergi (USD0,011 miliar), dan Konservasi Energi (USD0,013 miliar).
Indonesia sendiri menargetkan target emisi pada tahun 2030. Sehingga pemerintah perlu mengambil beberapa langkah strategis untuk mempercepat penambahan kapasitas energi terbarukan.
Denny Gunawan, akademisi dari UNSW Sydney menjelaskan, pemerintah sudah sepatutnya segera merevisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) agar sejalan dengan komitmen baru yang tercantum dalam dokumen E-NDC.
“Kedua, pengembangan proyek-proyek pembangkit listrik energi terbarukan harus dimulai pada 2023 dan berlanjut hingga 2025 agar dapat mulai beroperasi sebelum 2030,” tulisnya dalam the Corversation Indonesia.
Selain itu, ia juga menerangkan seiring peningkatan dukungan global terhadap usaha transisi energi Indonesia, 2023 bisa menjadi tahun emas untuk menggenjot pertumbuhan bauran energi terbarukan.
Beberapa proyek energi bersih yang akan mulai beroperasi pada 2023 antara lain pembangkit listrik panas bumi Patuha di Jawa Barat (55 megawatt/MW), pembangkit listrik tenaga air Peusangan di Aceh dan Asahan di Sumatra Utara (45 MW dan 174 MW), serta pembangkit listrik tenaga surya terapung Cirata di Jawa Barat (145 MW).
Pengembangan PLT EBT juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 123,22 juta CO2. Dengan semakin banyaknya energi yang dihasilkan dari sumber terbarukan, emisi CO2 dari sektor energi dapat ditekan secara signifikan.
Foto utama: Potret Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. (Foto: Sindonews.com)