Pelatihan penyelamatan di laut atau safety at the sea yang dipandu langsung oleh Basarnas Kabupaten Pohuwato, bertujuan untuk memberikan edukasi kepada nelayan maupun masyarakat Desa Torosiaje, bagaimana penyelamatan awal ketika terjadi hal-hal yang tidak diduga ketika pergi melaut.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu, 21 Agustus 2024 ini ikut serta dihadiri oleh Kepala Desa Torosiaje dan BPD, perwakilan kelompok masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, Karang taruna, Pokmaswas, Kelompok Bangkau Mukkar, Kelompok Sipakullong, nelayan pukat dan nelayan tangkap, tokoh perempuan, BUMDES, dan beberapa instansi lainnya seperti penyuluh perikanan, pendamping desa P3MD, Babinsa dan Babinkamtibmas.
Sebelum dilakukannya kegiatan ini, di Senin, 19 Agustus telah dilakukan diskusi bersama antara Pemerintah Desa Torosiaje, Kelompok Sipakullong bersama Basarnas Kabupaten Pohuwato. Diskusi ini bertujuan untuk menetapkan tanggal berlangsungnya kegiatan praktek keselamatan di laut dan hal-hal teknis untuk kelancaran kegiatan nanti.
Pada diskusi awal ini juga diketahui bahwa di tahun 2024, data menunjukkan tercatat sudah tujuh kali terjadi kecelakaan nelayan di laut, bahkan sampai merenggut nyawa. Kesemua peristiwa kecelakaan ini dialami langsung oleh nelayan.
Menurut Haryanto Mohamad selaku Kepala Danpos Basarnas Kabupaten Pohuwato mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada nelayan mengenai penyelamatan ketika terjadi kecelakaan di laut, tak hanya itu kegiatan ini juga bertujuan sebagai mitigasi awal terhadap bencana.
“Dengan adanya kegiatan ini kami berharap para nelayan sudah mengetahui teknik-teknik penyelamatan awal, penggunaan alat-alat penyelamatan, dan mampu bertahan hidup ketika terjadi kecelakaan di laut,” ujar Haryanto.
Selama berlangsungnya kegiatan, para peserta terlebih dahulu diberikan materi mengenai alat-alat apa saja yang sekiranya bisa digunakan dalam penyelamatan pertama. Contohnya, ketika terjadi kecelakaan di laut, nelayan dapat mencari alat dan bahan seadanya seperti gabus, geng air, hingga kayu.
Tidak hanya itu, kain dan celana tertentu hingga sarung juga dapat dijadikan sebagai pelampung. Hal terpenting dari menyelamatkan diri ketika terjadi kecelakan di laut menurut Aqun Tripintara Marali selaku narasumber dari Basarnas Kabupaten Pohuwato yaitu, menyelamatkan diri dengan tenang dan bertahan, jika terlalu banyak bergerak dan panik, tenaga kita akan cepat terkuras dan lelah akibat terlalu banyak bergerak.
“Untuk mempertahankan diri, teknik yang perlu dilakukan adalah menekuk lutut ke atas hingga dada, tetap mempertahankan wajah di atas permukaan, himpit kedua tangan di bagian bawah secara menyilang di depan dada, jika mengalami kecelakaan secara berkelompok atau lebih dari satu orang penting untuk tidak berpisah dan saling merangkul satu dengan yang lain,” lanjut Aqun.
Menurut Jekson Sompah selaku ketua kelompok POKMASWAS sekaligus peserta kegiatan, mengaku kegiatan ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat dan nelayan di Desa Torosiaje, karena sejauh ini para nelayan dan masyarakat tidak memiliki pemahaman yang mumpuni mengenai menghadapi situasi darurat di laut.
“Masyarakat dan nelayan desa sejauh ini hanya mengandalkan pemahaman lokal seperti melepas semua pakaian ketika terjadi kecelakaan di laut, pemahaman ini sudah berlangsung lama sehingga dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat dan nelayan desa jadi paham mengenai apa yang perlu dilakukan ketika terjadi kecelakaan di laut.”
Setelah dibekali dengan materi dasar penyelamatan, para peserta lalu beramai-ramai turun ke laut untuk melakukan praktek lapangan dan mempraktekkan materi-materi yang telah di dapatkan sebelumnya.
Foto Utama: Pelatihan langsung bersama nelayan Desa Torosiaje dan dipandu langsung oleh Basarnas Kabupaten Pohuwato. Rabu, (20/08). (Foto: Japesda)
Artikel ini dipublikasikan oleh Japesda. Baca artikel sumber.