Search
Close this search box.
Search

WALHI Malut: Calon Gubernur Tidak Memiliki Komitmen Kuat Pada Penyelamatan Lingkungan Hidup

WALHI Malut: Calon Gubernur Tidak Memiliki Komitmen Kuat Pada Penyelamatan Lingkungan Hidup

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Maluku Utara menilai visi dan misi empat Calon Gubernur Maluku Utara hanya melanjutkan proses penghancuran ekosistem lingkungan hidup.

Direktur WALHI Maluku Utara, Faizal Ratuela mengatakan, sejauh ini publikasi visi dan misi dari ke empat pasangan calon (paslon) gubernur tidak ada komitmen yang kuat untuk menyelamatkan kondisi lingkungan hidup, dan hanya mengarah terhadap pembangunan infrastruktur.

“Kami melihat visi dan misi dari keempat paslon gubernur hanya mengarahkan pada proses pembangunan infrastruktur, dan tidak ada yang mengarah terhadap penyelamatan lingkungan hidup di Maluku Utara,” ujarnya Faizal, Jumat (1/11/2024).

Menurutnya, Maluku Utara saat ini mengalami ancaman kerusakan ekologi yang seharusnya menjadi perhatian khusus dari para paslon gubernur, sebab visi misi mereka yang akan menentukan arah Maluku Utara lima tahun kedepan.

“Kerusakan ekologi ini akan berefek terhadap berbagai sektor, mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan serta keberlanjutan hidup masyarakat, sehingga Cagub Maluku Utara tidak boleh mengabaikan pengkajian lingkungan hidup dalam visi misi mereka,” jelas Faizal.

Faizal menambahkan, pihaknya menilai visi misi dari keempat Cagub Maluku Utara mengikuti konsep pembangunan nasional, dan tidak mempunyai kemandirian tersendiri.

“Mereka berbicara tentang menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan pendidikan gratis serta kesehatan gratis, tetapi jika mengabaikan kerusakan ekologi maka hal itu akan sia-sia,” katanya.

Faizal menyampaikan, keempat paslon gubernur harus mempertegas keselamatan lingkungan hidup Maluku Utara dalam visi misi mereka, sebab hal itu akan menjadi cerminan kinerja mereka lima tahun ke depan.

“Keempat paslon gubernur hanya menjanjikan kesejahteraan saat ini, tetapi tidak dengan kehidupan masyarakat Maluku Utara ke depan,” ucapnya.

Faizal menjelaskan, secara kultural, masyarakat Maluku Utara merupakan petani dan nelayan, sehingga konsep pembangunan ekonomi harus berbasis pada pertanian dan perikanan, bukan pada pertambangan.

Ketika berbicara mengenai ekologis, lanjut dia, hal ini berarti bicara ekosistem lingkungan, baik itu darat maupun laut. Wilayah Maluku Utara sendiri , kata dia, 78 persen adalah lautan sehingga orientasi pembangunan ekonomi haruslah menghitung aspek tersebut, bukan hanya fokus kepada proyek strategis nasional yaitu pertambangan yang akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan.

Faizal pun menegaskan, jika masalah lingkungan ini tidak dilihat secara serius maka generasi berikutnya akan merasakan kondisi lingkungan yang makin parah, dimana mereka akan merasakan dampak buruk dari kehancuran lingkungan.

“Kami mempunyai data trend infeksi saluran pernapasan (ISPA) di Maluku Utara yang makin tinggi terutama masyarakat di lingkar tambang akibat masifnya industri ekstrakrif,” paparnya.

Selain itu, Faizal menyebutkan, ke depan akan terjadi naiknya pengasaman air laut dan itu akan berdampak pada krisis sumber pangan di Maluku Utara khususnya untuk masyarakat nelayan.

“Dampak pengasaman air laut disebabkan karena krisis iklim yang berefek dari masifnya proses pertambangan, dan ini akan mengancam keberlanjutan hidup nelayan,” pungkasnya.

 

Foto Utama: Debat terbuka pertama calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi Maluku berlangsung di Hotel Natsepa, Maluku Tengah, Sabtu (26/10/2024).(Foto: Muhammad Jaya Barends/detikcom)

Artikel ini bersumber dari www.rakyatmu.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *